JAKARTA, SUARAKYAT — Sempurna nya amal sholeh ketika hawa nafsu dihiasi dengan qonaah dan zuhud, yakni qonaah selalu merasa cukup dan bersyukur dengan karunia yang telah diberikan Allah SWT diliputi kesederhanaan serta memanfaatkan apa yang dimiliki untuk segala aspek kebaikan. Adapun zuhud yang menjadikan pernak – pernik dunia sebagai kesenangan sesaat.
Lawan sifat qonaah adalah tamak yang selalu rakus dan senantiasa merasa kurang dengan yang dikaruniakan Allah SWT. Terkadang demi meraih semua keinginan duniawi nya, ia tidak memandang halal dan haram jalan yang ditempuh nya. Seakan – akan harta yang telah ia kumpulkan akan menjadi kebahagian yang kekal.
Maka dari itu sifat tamak sebagian dari melanggar batasan kewajaran dalam mencari harta serta kedudukan, yang tidak memikirkan untuk menyalurkan kepada yang lebih berhak. Karena orientasinya berupa harta, tahta, dan wanita yang dianggap penting dari segalanya.
Dan Rasulullah SAW memperingatkan hal ini agar tidak tergiur dengan kemewahan dan kemilau dunia. sebagaimana yang terdapat dalam As – Shunnah, Rasulullah SAW bersabda:
إنَّ الدُّنْيَا حَلْوَةٌ خَضِرَةً، وإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنظُرُ كيف تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا الإساءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْلة نبيإسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Artinya : “Sesungguhnya dunia itu sangat menyenangkan dan menggiurkan, maka sesungguhnya Allah menyerahkan urusannya kepadamu. Allah akan memperhatikan apa yang kamu kerjakan (baik atau buruk). Maka takutlah kamu terhadap fitnah dunia dan fitnah kaum wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali terjadi di kalangan Bani Israil adalah terhadap wanita,”. (HR. Muslim, 2742).
Demikian sifat qonaah dan zuhud harus saling bersinergi di dalam diri. Karena qonaah dan zuhud adalah bentuk daripada iffah yaitu menjaga diri dari akhlah yang buruk maupun yang diharamkan oleh Allah SWT. Dan beberapa ulama besar membahas perihal ini salah satu ny Al Imam Ghazali R.A dalam kitab Minhajul Abidin menekankan bahwa sikap zuhud harus meletakkan bahwa sesungguhnya dunia adalah penentang akalmu, sedangkan akal adalah harta berhargamu (wainna dunya nagidhotu ‘aqlika wal ‘aglu qiimatuka), sehingga pola hidup zuhud menjadi pilihan bagi orang arif dan cerdas.